Selamat Datang Pengunjung Maria, Silahkan Baca Artikel Serta Berita yang unik dan bermanfaat. Terima kasih :)

Sacha Stevenson Seorang Youtuber yang mengkritisi Perilaku Orang Indonesia Lewat Video Pribadinya.!! Silahkan Dibaca Siapakah Dia Sebenar nya



SEBAGAI orang Indonesia, Anda harus siap menerima sentilan perempuan Kanada bernama Sacha Stevenson. Lewat serenceng aksinya yang diunggah ke situs video Youtube, dia bisa bikin orang marah atau setidaknya membuat wajah memerah.
Bagi mereka yang tak tahan kritik, kreativitas dimaknai sebagai penghinaan vulgar. Bayangkan, seorang ”bule” mengungkap perilaku lucu orang Indonesia dan disebar ke seluruh dunia. Namun, bagi mereka yang menganggap video sebagai kerja seni dan kreativitas, sentilan Sacha lewat sekuel How to Act Indonesian asyik-asyik saja.

Justru lewat ”gerundelan” gambar bergeraknya di Youtube, ia memotret betapa lucu perilaku orang Indonesia, bahkan tanpa mereka sadari. Lantas, kepada siapa kelucuan ini ditujukan? Sekadar menjadikan orang Indonesia sebagai obyek kelucuan atau membuat lelucon dengan mengeksploitasi perilaku ”aneh” orang Indonesia di mata asing?

”Lebih untuk memberikan informasi kepada orang asing yang ingin ke Indonesia,” Sacha memberikan jawaban saat ditemui di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Dengan rambut dibiarkan tergerai, ia mengenakan jaket kulit dan celana jins ketat.

Memenuhi janji bertemu, ia ditemani Angga Prasetya, suaminya. ”Ia baru menikahi saya minggu lalu,” kelakar Sacha tentang suaminya, peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Menyajikan dan menggambarkan perilaku orang Indonesia melalui tayangan serius atas nama pencitraan bisa saja ia lakukan. Namun, itu diyakininya tak membuat para netter tertarik. Berbeda kalau hal yang sama disampaikan secara santai dengan bumbu adegan lucu. Ia memilih yang terakhir.

Hasilnya, setiap adegan yang dia perankan relatif menerbitkan tawa orang yang mengunjungi laman Youtube miliknya, A Side of Indonesia. Perilaku orang Indonesia macam apa yang ia potret dan rekam lewat perangkat video kameranya itu?

Sederhana. Bahkan, hal-hal ringan yang tak terpikirkan dan merupakan kejadian sehari-hari bisa menyimpan cerita sendiri. Kebiasaan kebanyakan orang Indonesia yang makan menggunakan tangan tanpa sendok-garpu, misalnya, menjadi perhatiannya. Ia berpendapat, ”Makan dengan tangan itu tidak jelek asalkan tangannya bersih.”

Contoh lain, kebiasaan sebagian orang Indonesia buang hajat sambil jongkok. Lewat video yang dibintanginya sendiri, Sacha memberikan semacam panduan bagi orang asing bagaimana seharusnya berbuat jika berada di Indonesia dan merasakan sensasi baru di peturasan.

Atau, bagaimana Sacha yang pernah menjadi penjaga pompa bensin saat usia remaja di tanah kelahirannya 31 tahun lalu, mengungkap mengenai kecintaan orang Indonesia akan kebersihan. Digambarkan orang Indonesia yang rajin membersihkan lantai dan meja, memasukkan sampah ke tempat plastik, lalu membawa bungkusan sampah ke luar menggunakan sepeda motor dan membuangnya jauh dari rumahnya, di sembarang tempat.

Ada pula adegan yang menggambarkan orang Indonesia mengalami kecelakaan, terjatuh dari sepeda motor. Dengan darah mengalir dan kaki yang patah saat menelepon emaknya, ia minta dibawa ke tukang urut, bukan ke dokter. ”Ini memang begitu adanya,” kata Sacha merekonstruksi kejadian yang menimpa temannya dalam rekayasa video.




Pro-kontra

Kreativitasnya sebagai video blogger di negeri ini memantik pro-kontra. Berbagai komentar berseliweran sebagaimana terbaca di kolom interaktivitas media sosial umumnya.

”Ada yang bilang, ’Hei kamu pulang ke negerimu kalau sudah tidak suka di sini’. Ada pula yang memaki dengan kata-kata kasar. Jujur, saya tidak suka kritik seperti ini. Saya suka kritik yang mengatakan akting saya kurang bagus atau videonya kurang hidup,” ungkapnya.

Banyak yang mengkritik bahkan mencaci, tetapi jauh lebih banyak yang memuji. Terbukti jempol ke atas yang bermakna memuji di Youtube jauh lebih banyak daripada jempol yang mengarah ke bawah.

Satu video rata-rata ditonton 150.000 yang bermakna perolehan dollar AS karena ia memasang Google AdSense. Dari perolehan pasif ini, ia mengaku lebih bisa leluasa membuat video tanpa harus bekerja lainnya. Ia bertekad membuat satu video setiap minggu.

Ia menolak kreativitas yang dimulainya sejak 2009 itu sebagai olok-olok, apalagi hinaan. ”Semua itu bikin saya jatuh cinta sama Indonesia. Bukan kejelekan dalam arti sebenarnya, melainkan lebih ke orisinalitas perilaku orang Indonesia yang unik.”

Untuk itulah pada setiap tayangan video, terutama yang bertajuk How to Act Indonesian, ia menyematkan peringatan. ”Tidak semua orang Indonesia berperilaku seperti ini,” tulisnya dalam bahasa Inggris dengan lanjutan, ”Tetapi jika Anda berperilaku seperti ini, orang akan berpikir Anda seorang veteran lama Indonesia.”


Mengajar dan indekos

Untuk menghasilkan video mengenai karakter dan perilaku orang Indonesia, 13 tahun Sacha tinggal di Indonesia. Ia menyelami dan meraba ”detak jantung” Indonesia sejak 2001. Pertama kali datang ke Jakarta sebagai guru penutur asli bahasa Inggris, ia mengajar di lembaga pendidikan bahasa. Ia memutuskan indekos agar hemat dan berbaur dengan warga di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Anak pasangan Bruce McDonald dan Lois Stevenson ini tak suka belajar formal. Baginya, mengajar pun derita karena waktunya terkungkung. Prinsipnya, apa pun bisa dipelajari. Maka, ia tak bertahan lama mengajar dan memilih bertualang bebas ke berbagai pelosok Indonesia yang dianggapnya memberikan makna, antara lain Pangandaran, Jawa Barat, dan Medan, Sumatera Utara. Uang setahun hasil mengajar menjadi modalnya sebagai turis backpacker.

Dalam petualangan, ia mempelajari bahasa Indonesia sampai fasih. Ia pernah belajar bahasa Arab dan Perancis. Ia kuliah di universitas terbuka di Amerika dengan program studi Islam, tetapi tidak tuntas.

Ia pernah menjadi bintang program komedi di stasiun televisi, tetapi tak membahagiakannya. Selain produser tak menghargai jerih payahnya, ”Saya tak pernah mau jadi pelawak karena saya tidak lucu.”

Kini dia mencurahkan waktu pada pembuatan video untuk mengisi halamannya di Youtube. Ia berkhidmat pada pengagumnya yang membuka sekitar 60 video yang ia hasilkan. How to Act Indonesian memasuki episode ke-11 dan baru diunggah ke Youtube, 16 Desember lalu.

Saat masuk halaman Youtube miliknya, ia meminta Anda, ”Sok subscribe”. Kata ”sok” ia ambil dari bahasa Sunda yang bermakna silakan. ”Kata ’sok’ itu efektif dan singkat daripada ’silakan’.”

Agar luwes, ia menjalani kursus kilat akting enam bulan di sekolah seni peran. Bekal ini membuatnya lebih percaya diri. Selain berkeliling dan bergaul dengan warga untuk menangkap ide, pengagum Iwan Fals ini tengah menyiapkan buku pelajaran bahasa Inggris yang disampaikan secara ringan dan lucu.

Namun, fokusnya tetap menemukan ide keseharian hidup orang Indonesia yang ia selami dengan caranya sendiri, dan disebutnya berbeda dengan tempat kelahirannya. ”Di Kanada, dari lahir sampai mati ya gitu-gitu saja,” ujar Sacha yang motonya ”Mencintai pekerjaan itu surga”.

Sacha Stevenson
♦ Lahir: Halifax, Kanada, 21 Januari 1982
♦ Pekerjaan: Video blogger (vlogger)
♦ Hobi: Membaca, menyanyi, bersepatu roda, jalan-jalan

Sumber : (Pepih Nugraha, Kompas)

berikut salah satu Video yang sedang hits





Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Sacha Stevenson Seorang Youtuber yang mengkritisi Perilaku Orang Indonesia Lewat Video Pribadinya.!! Silahkan Dibaca Siapakah Dia Sebenar nya "

Maria chen. Powered by Blogger.